This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Sabtu, 05 Mei 2012

Contoh "Abstrak" Skripsi


ABSTRAK
            Bekerja tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, baik itu bekerja untuk mencari nafkah, untuk aktualisasi diri/ karena yang ingin, tanpa kerja manusia hakekatnya hanya hidup secara ragawi tapi mati secara maknawi. Namun secara khusus kerja diartikan sebagai upaya untuk mencari nafkah, karena itulah perlu kiranya untuk mengupayakan agar kerja-kerja individu itu dapat optimal hingga setiap individu akan sejahtera secara ekonomis dan berprestasi dalam aktualisasi seluruh kemampuannya.
            Berpijak dari statemen diatas dalam skripsi ini peneliti bermksud untuk mengetahui lebih jauh tentang etos kerja yang dimiliki guru PAI dalam mengajar yang kemudian dikorelasikan dengan prestasi belajar PAI siswa itu sendiri. Adapun dalam penelitin ini penulis memilih SMA PIRI 2 Yogyakarta sebagai objek penelitian, dan dalam mengambil sumberdatanya adalah guru PAI dan siswa SMA PIRI 2 Yogyakarta, serta semua ihak yang terkait dan dibutuhkan dalam penelitian ini.
          Skripsi yang ditulis Siti Munawaroh dan berjudul “ PERAN ETOS KERJA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA ( Studi Korelasi di SMA PIRI 2 Yogyakarta  )” ini didalamnya berisi tentang deskripsi umum dan personal etos kerja guru khususnya PAI dan prestasi belajar siswa di SMA PIRI 2 Yogyakarta yang kemudian dikorelasikan. Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, karena itu dalam penelitian ini penulis menggunakan pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengadakn penelitian langsung dilapangan dengan memakai metode angket yang selanjutnya diolah dalam bentuk angka-angka untuk memperoleh data/ hasil lebih lanjut, dan dalam pelaksanaanya penuling mengguakan bantuan komputer program SPSS.
            Hasil dalampenelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peran etos kerja guru PAI terhadap prestasi belajar siswa di SM PIRI 2 Yogyakarta dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,601, akan tetapi dalam pengkategoriannya hanya pada level sedang, serta dari hasil penelitian diketahui bahwa para guru SMA PIRI 2 Yogyakarta memiliki tingkat eto kerja yang sedang, dan para siswa yang dijadikan sempel juga memiliki prestasi belajar PAI yang sedang pula, sebab pada kenyataanya disamping faktor etos kerja guru PAI bisa mempengaruhi prestasi belajar siswa ternyata ada beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi prestasi belajar siswa sendiri. Dengan demikian semoga hasil penelitian dalam skripsi ini bisa member ontribusi positif bagi semua pihak.

Pendidikan Dan Kapitalisme

PENDIDIKAN DAN KAPITALISME
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Bahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Aninditya sri







Disusun oleh:
Hendri Sujatmiko
(08410156)


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
I.            Latar Belakang
            Tiap bangsa, negara- negara merdeka lebih lebih dalam zaman modern sekarang selalu menyelenggarakan pendidikan demi cita-cita bangsa itu. Pendidikan yang berdasar kepada filsafat bangsa dan cita-cita nasional itu dikenal dengan pendidikan nasional.
            Pelaksanaan pendidikan nasional biasanya tidak selamanya diselenggarakan oleh negara dan pemerintah. Di negara demokrasi seperti Indonesia walaupun diakui kewajiban utama meyelenggarakan pendidikan adalah negara, tetapi negara juga dalam batas-batas kebebasan yang berlaku, member konsesi kepada warga negara, lembaga-lembaga sosial masyarakat untuk menyelenggarakan pendidikan. Dengan partisipasi warga negara dan masyarakat dalam bertanggung jawab untuk pendidikan ini pun salah satu bagian pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara kepada bangsa dan negara. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana keadaan yang terjadi ketika sistem pendidikan nasional di hegemoni oleh sistem kapitalisme yang menurut wacana banyak menimbulkan problem???
II.            Rumusan masalah
1.      Bagaimana sejarah munculnya kapitalisme dalam pendidikan?
2.      Bagaimana hubungan antara kapitalisme dengan pendidikan di Indonesia?
3.      Seperti apa hegomoni kapitalismedalam pendidikan di Indonesia ?
4.      Bagaimana dampak terjadi akibat kapitalisme pendidikan ?
III.            Tujuan
1.      Memahami dan mengerti sejarah singkat munculnya kapitalisme dalam pendidikan.
2.      Mengetahui dan paham tentang hubungan dan wujud kapitalisme dalam pendidikan.
3.      Mengetahui sehingga meminimalisir hegomoni kapitalisme di Indonesia.
4.      Mengetahui carut marut pendidikan dan hasilnya akibat kapitalisme pendidikan.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Singkat Kaptalisme
Dillard menyatakan bahwa meskipun sebagai sistem dunia, kapitalisme baru berkembanga sejak aban XVI, namun pada jaman kuno sudah terdapat cikal bakal lembaga kapitalis. Secara kronologis Dillard membagi sejarah perkembangan kapitalis menjadi tiga fase yaitu: 1). Kapitalisme awal (1500-!750), yakni kapitalisme yang bertumpupada industry sandang di Inggris selama abad Xvi samapai abad XVIII. 2). Kapitalisme klasik (1750-1914) ketika pembangunan kapitalis bergeser dari perdagangan ke industry. 3). Adalah apa yang oleh Dillard disebut kapitalisme fase lanjut, yang mulai berkembang sejak tahun 1914 dengan momentum perang dunia I sebagai titik balik perkembangan sistem tersebut.
Kapitalisme bisa didapati dimanapun pemenuhan-pemenuhan kebutuhan sekelompok manusia dilakukan oleh bisnis swasta.  Lebih khusus lagi suatu bentukan kapitalisme rasional adalah suatu bentukan yang memiliki akuntansi capital, yaitu, suatu bentukan yang memastikan asset-aset penghasilan-pendapatannya, keuntungan dan ongkos-ongkosnya melalui kalkulasi menurut metode-metode pembukuan modern.[1]
Setiap orang berkeinginan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Peningkatan kesejahteraan dapat diperoleh dengan meningkatkan laba. Bagaimana cara untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya? Adam Smith menjelaskan cara terbaik untuk itu ialah dengan melaukan investasi. Pemikiran Smith ini menuju pada anggapan pentingnya arti akumulasi capital bagi pembangunan. Maka sistem ekonomi yang dianut sesuai dengan pemikiran Smith selain sering disebut sistem liberal juga sering disebut sistemekonomi kapitalisme.[2]
Dari segi moral Marx melihat bahwa sistem kapitalis mewarisi ketidakadilan dari dalam, ketidakadilan ini akhirnya akan membawa masyarakat kapitalis menuju kearah kondisi ekonomi kondisi ekonomi dan sosial yang tidak bisa dipertahankan. Hal itu karena sistem kapitalis tersebut tidak perduli pada masalah ketimpangan sosial dan kesenjangan sosial.
B.     Kaptalisme dan Pendidikan
Kapitalisme adalah suatu paham yang menyakini bahwa pemilik modal bisa melakukan usaha untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya .[3] Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagai suatu proses pendewasaan manusia. Makna yang terkandung didalamnya menyangkut tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah serta potensi atau sumber daya insani menuju manusia seutuhnya.
             Benjamin Bloom mengatakan ada tiga fungsi pendidikan yang kemudian disebutnya sebagai taksonomi pendidikan yaitu (1) fungsi afektif ; untuk membentuk watak, sikap dan moralitas yang luhur (affective domain) (2). Fungsi kognitif ; Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan (cognitive domain) (3). Fungsi Psikomotorik ; untuk melatih keterampilan (psychomotorik domain). Dan ketiga aspek merupakan tolak ukur keberhasilan pendidikan pada anak didik. Merupakan ketimpangan pendidikan jika hanya satu yang menonjol dari ketiga fungsi pada anak didik.
Memaknai 3 fungsi diatas maka sesungguhnya pendidikan berbicara mengenai penanaman kecakapan hidup (life skill) yang didalamnya terdapat kecakapan akademik kognitif, kecakapan afektif (emosional, sosial dan spritual) serta kecakapan psikomotorik, meminjam rumusan UNESCO – pendidikan meliputi ; (1) kecakapan untuk berpikir dan mengetahui (learning how to think). (2) kecakapan untuk bertindak (learning how to do). (3). kecakapan (individual) untuk hidup (learning how to be). (4). kecakapan untuk belajar (learning how to learn) dan (5) kecakapan untuk hidup bersama (learning how to life together). Kecakapan-kecakapan itulah yang kemudian dipergunakan untuk menjalankan hidup secara layak dan manusiawi. Secara sederhana sesungguhnya tujuan utama pendidikan adalah memanusiakan manusia (mengerti atas dirinya, lingkungan dan tujuan hidupnya) bukan pendidikan untuk mencari pekerjaan.
C.    Hegemoni Kapitalisme atas Pendidikan
Kapitalisme dan materialisme adalah anak kandung dari moderinisasi, sehingga ketika modernisasi menjamah seluruh lapisan masyarakat. Maka mau tidak mau, kapitalisme dan materialisme juga ikut mempengaruhi pola pikir masyarakat. Akibat perubahan pola pikir ini terjadi perubahan yang sangat radikal atas cara pandang masyarakat terhadap pendidikan saat ini. Cita-cita luhur pendidikan yang begitu luhur saat ini telah terabaikan oleh masyarakat. Keinginan untuk melahirkan pribadi-pribadi yang memiliki kecerdasan emosional/spritual, kecerdasan intelektual serta memiliki keterampilan tereduksi sedemikian rendanya. Pendidikan pada akhirnya dilihat oleh masyarakat dari cara pandang materialisme dan kapitalisme.[4]
Indikator yang dapat terbaca pada masyarakat adalah motivasi masyarakat untuk mengikuti pendidikan. Motivasi tersebut tereduksi pada motif untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dengan orientasi penghasilan, bukan lagi berorientasi pengetahuan, kecerdasan dan kesadaran. Saat ini orang masuk sekolah karena ingin dapat pekerjaan yang menghasilan. Mengikuti teori Francis Fukuyama yang memprolamirkan kemerdekaan kapitalisme atas didologi apapun, maka kenyataannya kapitalisme telah menghegemoni dunia pendidikan kita. Hal ini dapat dilihat dari proses industrialisasi pendidikan kita. Proses industrialisasi pendidikan dapat dilihat/dipahami dalam dua pengertian, yaitu ; (1). Pendidikan yang dijadikan layaknya industri yang menghasilkan uang dan keuntungan yang berlipat-lipat. (2). Sistem pendidikan yang diformat sedemikan rupa (oleh skenario kapitalisme) untuk menyiapkan peserta didik agar mampu beradaptasi dengan dunia industri-kapitalis.
Peter McLaren mengatakan, dalam dunia kapitalisme, sekolah adalah bagian dari industri, sebab sekolah adalah penyedia tenaga kerja/buruh bagi industri. Ada tiga pengaruh kapitalisme terhadap sekolah, yaitu (1). Hubungan antara kapitalisme dan pendidikan telah mengakibatkan praktek-praktek sekolah yang cenderung mengarah kepada kontrol ekonomi oleh kaum elit. (2). Hubungan anatar kapitalisme dan ilmu telah menjadikan tujuan ilmu pengetahuan sebatas mengejar keuntungan. (3). Perkawinan antara kapitalisme dengan pendidikan serta kapitalisme dan ilmu telah menciptakan pondasi bagi ilmu pendidikan yang menekankan nilai-nilai material dengan mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan martabat manusia. Pada akhirnya peserta didik dalam dunia pendidikan kita kehilangan senstifitas kemanusiaan digantikan dengan kalkulasi kehidupan materialisme.
Sekolah-sekolah terkooptasi oleh mekanisme industri dan bisnis, dimana sekolah menjadi instrumen produksi ekonomi. Mau tidak mua, kurikulum pendidikan juga ikut terpengaruh, misalnya dalam hal menentukan ilmu pengetahuan mana saja yang perlu dipelajari oleh peserta didik, yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri. Maka terciptalan kurikulum yang sepenuhnya berwatak kapitalistik. Indikator yang dapat kita lihat adalah sedikitnya jam pelajar untuk ilmu-ilmu humaniora dan moral dibandingkan dengan pelajaran lainnya.

AWALNYA : SEKOLAH - MANUSIA SEUTUHNYA
SEKARANG : SEKOLAH - TENAGA KERJA UNTUK INDUSTRI
Pada filosofi seperti inilah lahir PENDIDIKAN BERBASIS DUNIA KERJA.

Tiga Paradigma Pendidikan
1.      Paradigma Konservatif(formisme), akan menerima keadaan apa adanya dan menyesuaikan diri dengan tuntutan realitas tanpa mempertanyakan apapun. Dan mayoritas masyaraka.
2.      Paradigma Liberal/Demorkat, akan mengubah beberapa tuntutan realitas dan sedikit menyesuaikandiri.
3.      Paradigma Kritis, dengan cara mengubah realitas yang dianggap menindas dan merugikan dan tidak sesuai dengan filosofi pendidikan. Pendekatan ini bertujuan untuk melakukan pembaharuan dan perubahan yang mendasar (revolusioner) dimasyarakat, dengan melakukan penentangan terhadap ketidakadilan, ketimpangan dan sistem yang menindas, melalui proses penyadaran kritis yang mencerahkan dan membebaskan.[5]
D.    Carut Marut Pendidikan Nasional
Terlepas perdebatan atas pendidikan berbasis dunia kerja, kita tidak boleh melupakan kondisi-kondisi lain dari pendidikan kita.
1.      Anggaran pendidikan yang belum memenuhi kewajiban kenstitusinya. Bangsa ini ternyata belmu memeliki kesadaran atas pentingnya pendidikan, sehingga lebih mengutamakan kepentingan-kepentingan yang lain dibandingkan dunia pendidikan. Celakanya lagi, bahwa anggaran pendidikan (yang sedikit itu) di korup di sana-sini. Sehingga Departemen Pendidikan Nasional tergolong instansi terkorup oleh BPK
2.      Kesejahteraan Guru (Pendidik) yang masih jauh dari harapan. Dimana penghasilan setiap pendidik masih jauh dari pemenuhan kebutuhan kehidupannya. Akibatnya, konsentrasi dan kesiapan dalam proses belajar mengajar terganggu dan tidak matang. Guru memang bukanlah profesi yang menjanjikan secara materi kecuali sekedar gelar ”pahlawan tanpa tanda jasa”. Tingkat kesejahteraan yang rindah inilah memaksa para guru untuk mencari penghasilan diluar penghasilan sebagai guru untuk menutupi kekurangan kebutuhannya, yang akhirnya akan menggangu proses belajar-mengajar di sekolah.
3.      Fasilitas pendidikan sangat minim dan sangat diskriminatif, dimana terdapat perbedaan yang sangat mencolok kepemilikan fasilitas pendidikan dibeberapa sekolah, akibatnya output yangdihasilkan pun sangat terpengaruh. Sehingga kita masih banyak temukan gedung-gedung sekolah yang hampir ambruk, gedung sekolah yang masih berdinding papan atau berlantai tanah, sekolah yang tidak memiliki perpustakaan (kalau pun ada, isinya adalah buku-buku lama). Sekolah yang tidak memiliki laboratorium.[6]









PENUTUP
       I.            Kesimpulan
Bangsa ini akan maju jika pengelolaan pendidikannya dikelolah secar benar. Sumber daya alam dan sumber daya manusia yang dimiliki bangsa ini begitu banyak. Dan semuanya menunggu dari pengelolaan pendidikan yang tepat. Sehingga SDA dan SDM tersebut dapat mensejahterakan masyarakat bangsa ini. Termasuk Daerah Sulawesi Tengah sebenranya memiliki SDA dan SDM yang cukup banyak dan beragam.
            Dibutuhkan model pendidikan revolusioner (Peter McLaren & Paula Allman) dengan paradigma kritis yakni pola pendidikan yang menekankan pengembangan dan penguatan kesadaran peserta didik atas realitas sehingga mereka dapat menempatkan diri sebagai subyek dalam realitas tidak sekedar obyek. Apalagi hanya sekedar tenaga kerja. Sebab yang dibutuhkan sekarang adalah jiwa kepemimpinan.
    II.            Saran
Pesan yang ingin kami sampaikan adalah bagaimana kita bisa mengembalikan arah pendidikan di negara tercinta ini menuju pendidikan yang sesuai jati diri bangsa. Pendidikan yang memiliki karakter terhadap outputnya. Pendidikan yang menutamakan nilai dan mampu menjunjung nilai-nilai yang tercanang dalam pancasila sebagai asas pendidikan bangsa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA

George Soros. 1998. Krisis Kapitalisme Global. Yogyakarta: CV Qalam Yogyakarta
Andreski, Stanislav. I989. Max Weber: Kapitalime, Birokrasi dan Agama.. Yogyakarta Tiara wacana
Deliarnov. 2005. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta :Raja Grafindo Persada
id.wikipedia.org/wiki/kapitalisme
http:/jalan pencerahan.wordpress.com/tulisan-pencerahan/tatkala-kapitalisme-kangkangi-pendidikan
Muhaimin.2004. Paraigma Pendidikan Islam. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mas’oed Mohtar. 1999. Negara, Kapital dan Demokrasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
M. Noor Syam. 1988. Filsafat Pendidikan dan dasar Filsafat Kependidikan Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional


[1] Andreski, Stanislav. Max Weber: Kapitalime, Birokrasi dan Agama. Tiara wacana. Yogyakarta. I989, hal. 105
[2] Deliarnov. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2005.  Hal.37
[3] . id.wikipedia.org/wiki/kapitalisme
[4] http:/jalan pencerahan.wordpress.com/tulisan-pencerahan/tatkala-kapitalisme-kangkangi-pendidikan/
[5] Drs. Muhaimin, M.A.et.al.PARADIGMA PENDIDIKAN ISLAM,hal:39
[6] http:/jalan pencerahan.wordpress.com/tulisan-pencerahan/tatkala-kapitalisme-kangkangi-pendidikan/

Contoh Abstrak Dalam Skripsi


ABSTRAK
            Ni’mah Laily Sulastri. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru terhadap etos kerja guru PAI di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta Tahun Ajaran 2010/2011. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2011
            Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kompetensi peagogik guru PAI, mengetahui kondisi etos kerj para gru PAI dan mengetahui pengaruh kompetensi pedagogic guru terhadap etos kerja guru PAI di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta.
            Subjek peneilian terdiri dari dua orang guru PAI, Kepala Sekolah, 18 siswa masing-masing dari kelas VII dan VIII.
           Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil lokasi di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukakan melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan angket.analisis data dilakukakan dengan deduktif- induktif. Pemeriksaan keabsahan data dilakukakan dengan triangulasi sumber.
          Hasil penelitian menunjukkan: (1) kondisi kompetensi pedagogik di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta, yang terdiri dari dua orang guru sudah memahami dan mengaplikasikan kompetensi pedagogik dengan cukup baik, hal ini melipui aspek pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, penegmbanagn kurikulum dan silabus, perencanaan pembelajaran, pelksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, pemanfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. (2) kondisi etos kera guru PAI di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta, yang terdiri dari dua orang guru sudah dalam kategori cukup baik, hal ini didasarkan pada pengamatan peneliti terhadap guru ditinjau dari aspek tangung jawabnya dalam mengajar, kedisiplinan guru dalam mengajar dan semngat guru dalam mengajar. (3) pengaruh kompetensi pedagogik guru  terhadap etos kerja guru PAI di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta. Penilaian pengaruh tersebut meliputi tiga aspek sebagai berikut yaitu kerja merupakan tanggung jawab moral, disiplin dan semangat kerja. Berdasarkan indicator pengaruh ketiga aspek tersebut sangat dapat dikategorikan cukup berpengaruh, hal ini diperkuat dengan hasil angket yang menunjukkan bahwa dari 18 siswa dengan system respon sangat berpengaruh 34%, cukup berpengaruh 52%, kurang berpengaruh 12%, dan tidak berpengaruh 2%. Dengan demikian, dapat dapat disimpulkan bahwasanya pengaruh kompetensi pedagogik guru terhadap etos kerja guru PAI di SMP Budi Mulia Dua Yogyakarta dapat dikategorikan cukup berpengaruh. Kategori cukup berpengaruh tersebut ditinjua dari hasil angket siswa yang mencapai prosentase tertinggi yaitu 52%.
Kata Kunci : Kompetensi Pedagogik dan Etos Kerja