THAHARAH
A. Pengertian
Thaharah
Thaharah menurut bahasa
berarti bersih dari kotoran baik yang tampak seperti kencing, maupun yang tidak
seperti perbuatan maksiat. Sedangkan menurut istilah syara’ berarti menghilangkan najis atau hadas. Dengan demikian
thaharah meliputi dua hal, yaitu :
a.
Bersuci
dari hadas , baik dari hadas besar dengan cara mandi, maupun dari hadas kecil
dengan cara wudhu, atau bersuci dari dua hadas tersebut dengan cara bertayammum
sebagai ganti dari mandi dan atau wudhu.
b.
Bersuci
dari najis, baik pada badan, pakaian atau tempat.
B. Syarat-syarat
Wajib Thaharah
Syarat-syarat
wajib thaharah bagi orang yang hendak melakukan shalat ada 10, yaitu:
1.
Isalam.
2.
Berakal.
3.
Baligh
(dewasa).
4.
Berhentinya
darah haid atau nifas.
5.
Telah
masuk waktu shalat.
6.
Tidak
tidur.
7.
Tidak
lupa.
8.
Tidak
terpaksa.
9.
Adanya
air atau debu.
10. Dapat melakukan sesuai dengan kemampuan.
C. Alat-alat
Thaharah
1.
Air.
2.
Debu.
3.
Batu
untuk istinjak.
D. Pembagian
Air dan Macam-macamnya
1.
Air
suci yang mensucikan, seoerti air hujan, air laut, air embun, air sumur dan air
yang keluar daei mata air.
2.
Air
suci tetapi tidak mensucikan, air kopi, air the, air kelapa dan atau air musta’mal (air sedikit yang telah
digunakan menghilangkan hadas atau najis dan tidak berubah rasa, rupa dan
bentuknya)
3.
Air
suci dan mensucikan tetapi makruh dipakai, seprti air yang terjemur matahari
dalam bejana selain bejana emas dan perak.
4.
Air
yang kena najis (mutanajjis) bila air
yang kena najis itu kurang dari dua kulah, hukumnya najis meskipun tidak
berubah. Jika air yang kena najis itu mencapai dua kulah atau lebih, maka
dihukumi najis bila berubah dan dihukumi tidak najis bila tidak berubah.
E. Benda-benda
yang Termasuk Najis
1.
Bangkai
selain manusia, ikan dan binatang.
2.
Darah
yang selain daripada hati dan limpa.
3.
Nanah.
4.
Segala
benda cair yang keluar dari dua pintu (kubul dan dubur).
5.
Minuman
keras seperti arak dan sejenisnya.
6.
Anjing
dan babi.
7.
Bagian
badan binatang yang dipotong dari tubuhnya ketika masih hidup.
8.
Madzi
dan wadi.
F. Jenis-jenis
Najis dan Cara Membersihkannya
Najis
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1.
Najis
mughallazhah (berat), yaitu anjing,
babi dan keturunan dari keduanya. Adapun cara mencuci benda yang kena najis ini
hendaklah dibasuh 7 kali, satu kali daripanya hendaklah airnya dicampur dengan
tanah.
………………………………………………………
Artinya:
“cara
mencuci bejana seseorang dari kamu apabila dijilat aning hendaklah dibasuh
7 kali, satau kali daripadanya dicampur
dengan tanah.” (HR. Muslim)
2.
Najis
Mukhaffafah (ringan) seperti kencing
bayi laki-laki yang belum berusia 2 tahun dan belum makan selain susu ibunya. Adapun
cara mencuci benda yang kena najis ini dengan memercikkan air di atas benda itu
meskipun tidak mengalir. Sebagaiman hadis yang dijelaskan dalam hadis yang
diriwayatkan dari Ummu Qais Binti Muhsin ra.:
“Sesungguhnya
ia pernah dating kepada RAsulullah saw. bersama anak laki-lakinya yang masih
kecil danbelum makan makanan (selain air susu ibunya), beliau memangkunya, lalu
ia kencing diatas pakaiannya, maka beliau meminta air lalu memercikkanya dan
tidak membasuhnya”. (HR. Bukhari dan Muslim).
3.
Najis
Mutawassithah (sedang), yaitu najis
yang lain dari kedua najis diatas, seperti sesuatu kotoran yang keluar dari
dubur atau kubul manusia dan binatang, arak dan lain sebagainya. Cara mensucikannya
adalah dengan mengalirkan air di atas benda yang kena najis serta menghilangkan
zat, rasa, warna dan baunya.
G. Najis
yang Dimaafkan (Ma’fu)
Ialah
najis yang dimaafkan bila tidak dibasuh atau dicuci, karena jumlahnya yang
hanya sedikit, tidak bias dilihat mata normal dan sulit menghindarinya. Yang termasuk
najis yang daimaafkan ini, ialah :
1.
Bangkai
binantang yang tidak mengalir (sedikit) darahnya, seperti lalat, nyamuk dan
lain sebagainya. Rasalullah saw. berrsabda: “Jika
lalat jatuh pada bejana salah seorang dari kalian, maka benamkanlah lalat itu,
lalu buanglah. Karena salah satu dari kedua sayapnya terdapat obat dan pada
sayap yang satunya terdapat penyakit”. (HR.
Bukhari)
2.
Sedikit
dari darah atau nanah.
3.
Debu
dan percikan air di jalanan yang sulit untuk menghindarinya.
4.
Makanan
beku yang terkena bangkai tikus atau cecak. Seperti hadis yang diriwayatkan
oleh Muhaimin ra.: “Sesungguhnya pernah
ada tikus yang jatuh pada mentega (yang beku) lalu mati didalamnya. Kemudian hal
itu di tanyakan kepad aNabi saw. beliau menjawab: buanglah bangkai tikus dan
metega yang disekitarnya, lalu makanlah mentega itu sisanya.” (HR. Bukhari dan Ahmad).
H. Istinja’
Istinja’
adalah membersihkan kotoran yang keluar dari salah satu dari dua pintu (kubul
dan dubur) dengan air atu dengan tiga batu. Intinja’ yang lebih baik adalah
dengan batu atau seminsalnya yang dapat menghilangkan najisdan bukan yang
dimuliakan kemudian diikuti dengan air.
Rasulullah
saw. bersabda :
……………………………
Artinya:
”apabila salah seorang di antara kamu beristinja’
dengan batu, maka hendaklah ia melakukanya dengan ganjil” (HR.
Bukahari dan Muslim).
Istinja’
dengan batu harus memenhi syarat-syarat sebagai berikut:
1.
Najis
yang keluar dari kubul maupun dubur belum kering.
2.
Najis
yang keluar tidak mengenai sekitarnya.
3.
Tidak
terjadi najis selain yang keluar.
4.
Najis
yang itu melalui jalan yang biasanya.
5.
Menggunakan
tiga batu yang dapat membersihkan tempat keluarnya kotoran.
I. Adab
Buang Air
1.
Sannah
mendahulukan kaki kiri ketika masuk WC dan dahulukan kaki kanan ketika keluar
WC.
2.
Tidak
berkata-kata kecuali terpaksa.
3.
Hendaklaha
menggunakan atas kaki dan penutup kepala.
4.
Hendaklah
jauh dari orang sehingga bau kotoran tidak sampai tercium olehnya, agar tidak
mengganggu orang itu.
5.
Jangan
baung air di air yang tenang (tidak mengalir).
6.
Jangan
buang air di lubang tanah.
7.
Jangan
buang air di tempat perhentian, karena akan mengganggu orang yang berhenti di
tempat itu.
8.
Jangan
menghadap atau membelakangi kiblat di tempat yang terbuka.
9.
Tidak
menghadap atau membelakangi matahari dan rembulan.
0 komentar:
Posting Komentar